trik

seo monitor


Klik Disini

Rabu, 16 Mei 2012

Tragedi Sukhoi digunung Salak

 Unsur mistis dan klenik sangat kental di Gunung Salak. Banyak dongeng atau legenda yang masih diingat warga sekitar gunung yang terletak di Kabupaten Bogor dan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Salah satunya, menyangkut makam keramat Raden KH Syekh Mohomammad Hasan, yang terletak di Puncak Salak I, atau sering disebut Puncak Manik.
Syekh Mohomammad Hasan diyakini sebagai salah satu ulama besar yang menyebarkan Islam di Jawa Barat, seputar Bogor, Garut, hingga Cirebon.
Makam Syekh Hasan dianggap keramat, setara dengan makam Mbah Priok di Tanjung Priok, Jakarta Utara, dan Al Habib Abdullah Bin Mukhsin Alathas atau makam Karomah Empang Bogor, tak jauh dari Kebun Raya Bogor.
Dua orang pemuka agama Islam di Cijeruk, Bogor, KH Marsa Abdullah dan Habib Mukhsin Barakbah menyampaikan hal itu kepada Tribun Jakarta, Sabtu (12/5/2012).
Mereka ditemui di kediaman Marsa di Kampung Pasir Pogor, Cipelang, berjarak kurang lebih 500 meter di selarang lapangan helikopter darurat milik SMPN 1 Cijeruk, yang menjadi posko utama evakuasi korban pesawat Sukhoi Super Jet 100 yang jatuh pada Rabu (9/5/2012).
Menurut pandangan kebatinan Marsa, peristiwa jatuhnya pesawat buatan Rusia berpenumpang 47 orang, ada kaitannya dengan legenda Sunda, suku asli Bogor dan Jawa Barat pada umumnya.
Ia coba mengingat-ingat kecelakaan jatuhnya Sukhoi di kaki Gunung Salak, dan fakta kecelakaan-kecelakaan sebelumnya. Marsa lalu mengaitkan musibah ini dengan makhluk gaib penunggu Gunung Salak.
"Jangan anggap remeh, walaupun ini dongeng. Anda percaya atau tidak, terserah. Seperti kalau mau masuk rumah orang, kan ada isyaratnya. Harus ada sopan-santun, ada salam. Bagi orang Islam misalnya, mengucapkan assalamualikum," tutur Marsa.
Sabtu lalu, KH Marsa menggelar acara ritual masayarakt setempat dengan menyediakan tumpeng di Puncak Manik. Nasi tumpeng disajikan dengan menu petai bakar dan ikan pedak bakar, untuk syarat berdoa meminta kepada Tuhan agar cuaca cerah guna melancarkan evakuasi.
KH Marsa pun bercerita  tentang kekeramatan makam Syekh Mohammad Hasan di puncak Gunung Manik atau puncak Gunung Salak I. Ia menuturkan, tidak boleh menunjukkan kesombongan atau pamer kekuatan di gunung tersebut.

1.Jangankan Pesawat, Burung Saja Jatuh di Gunung Salak
2.Sesajen Petai Bakar Cerahkan Kabut Gunung Salak
      

'Penunggu' Gunung Salak Tak Suka Kesombongan Sukhoi


 Sopan santun perlu dipegang terlebih bagi orang yang memasuki kawasan Gunung Salak, termasuk bagi para pendaki.
"Jadi kalau mau daki gunung Salak, jagalah kesopanan, permisi kepada orang dituakan di mana dia akan memulai pednakian," ujar Pemuka Agama Islam di Cijeruk, Kabupaten Bogor, KH Marsa Abdullah saat berbincang kepada Tribunnews.com, di Pasir Pogor, Cijeruk, Bogor, Selasa(15/5/2012).
Marsa mengatakan, Gunung Salak bukan seperti Gunung Merapi di Yogyakarta. Di Yogya, masih ada raja, jadi ada juru kunci yang ditugaskan untuk mengawasi orang-orang yang hendak memasuki kawasan gunung. Sedangkan di Gunung Salak, karena kerajaannya Siliwangi tenggelam, kuncen tidak ada.
"Maka datangilah pengetua setempat. Sejak dulu ada isyarat ini. Ini bukan menyembah Gunung Salak, kita tidak boleh musyrik, tidak ada Tuhan yang lain yang disembah. Kalau kemusyrikan, menyembah selain Allah," ujarnya.
Lalu apa kaitannya dengan pesawat Sukhoi Superjet 100 naas yang mengangkut 39 orang Indonesia itu? Menurut Marsa, sebelum pesawat itu bermanuver di atas Gunung Salak, sebaiknya terlebih dahulu 'meminta izin'. Bukan saja kepada makhluk gaib itu, melainkan lewat doa atau syukuran kepada Allah, agar lancar-selamat misi uji coba terbang, termasuk di atas Gunung Salak.
Hal kedua katanya, penunggu Gunung Salak tidak menginginkan adanya kesombongan. Dia menduga, pihak Sukhoi hendak mempertontonkan kecanggihan dan kehebatan pesawat itu dengan kebolehan dan manuver di angkasa.
"Jadi mungkin ada kesombongan, seperti mau pamer pesawat. Kebetulan dia melintas, dan jatuh. Jadi Gunung Salak tidak bisa dijadikan kesombongan," katanya.
Dalam hal ini, Sukhoi, walaupun pilotnya senior, dan Sukhoi perusahaan pesawat terbang yang ditakuti Amerika Serikat, karena menggunakan mesin jet.


 

Tragedi Sukhoi Jangan Sampai Meruntuhkan Kredibilitas RI

Ilustrasi (Foto: Koran SI)
Ilustrasi (Foto: Koran SI)
JAKARTA - Kredibilitas dunia penerbangaan nasional benar-benar diuji menyusul insiden pesawat Sukhoi Superjet 100 di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat, pada Rabu 9 Mei lalu.

Berbagai opini yang berpotensi menyudutkan posisi Indonesia harus secepat mungkin dinetralisir, sebab bisa meruntuhkan kredibilitas dunia penerbangan nasional. “Kita harus menjaga kredibilitas dunia penerbangan nasional,” ujar anggota Komisi Perhubungan DPR Marwan Ja’far dalam keterangannya kepada Okezone di Jakarta, Rabu (14/5/2012).

Politikus PKB itu menegaskan, kecelakaan Sukhoi di Gunung Salak tidak hanya menjadi pergunjingan nasional, tapi diberitakan secara luas dan menjadi pembicaraan di dunia internasional melalui media massa, meski pesawat nahas itu bukan buatan Indonesia.

Dalam kaitan ini, pengaruh media massa sangat signifikan dalam menilai dan memberi pandangan serta pendapat atas dunia penerbangan nasional. Kalau penilaian itu positif, tentu sangat menguntungkan, tapi kalau penilaian itu negatif tentu sangat merugikan. Tanpa melihat fakta, objektifitas, dan apa yang sedang terjadi, dunia penerbangan nasional bisa distempel negatif.

Bahkan sudah divonis negatif oleh banyak kalangan, termasuk penilaian dunia internasional akibat pemberitaan media massa yang terlalu masif dan bombastis. “Asal memberitakan tanpa didukung dengan investigasi dan data yang akurat, serta ditambah pembicaraan orang-orang yang tidak kompeten akan dunia penerbangan,” sesalnya.

Untuk menjaga dunia penerbangan nasional tetap dipercaya, pemberitaan-pemberitaan yang tidak berdasarkan fakta serta hiruk pikuk pendapat yang menyangkut musibah Sukhoi dari siapa saja, harus dihentikan. “Ini supaya dunia penerbangan nasional tidak menjadi runyam,” ungkapnya.

Marwan mencontohkan, terkait kotak hitam (black box), misalnya, tidak boleh siapapun menjelaskan atau memberi komentar kecuali KNKT. Dasarnya UU No 1 tahun 2009 tentang Penerbangan.

“Kalau yang bicara bukan KNKT itu sama sekali tidak otoritatif, tidak ada payung hukumnya, dan bahkan melanggar UU Penerbangan. Jangan sampai dunia penerbangan kita 'dikotori' oleh-oleh pembicaraan orang-orang yang tidak mengerti secara teknis hal-hal yang menyangkut mengenai komponen-komponen pesawat dan hal ikhwal dunia penerbangan,” tandasnya.
(ful)

0 komentar:

Blog Sahabat

wew

winamp


MusicPlaylistView Profile
Create a playlist at MixPod.com

rank